Hidup itu... jalanin aja.. tak peduli berapa kali orang
melecehkanmu, tak peduli berapa kali kau dihina, tak peduli berapa kali kita
harus merasakan sakit yang entah berasal dari mana. Entah mungkin karena aku
yang buruk rupa atau mungkin karena aku orang yang miskin mereka memandang
jijik sosok ku. Bukan kali pertama tapi terasa sudah begitu lama aku tahu arti
tatapan jijik itu. Seolah aku bukanlah golongan dari mereka dan mereka dengan
lantangnya mencaci. Aku sangat menyayangkan mereka yang melihat buku dari
sampulnya saja, meski aku sendiri masih sering menerapkan prinsip itu namun aku
selalu menilai perilaku seseorang tanpa sadar. Aku tahu aku kotor, aku tahu aku
buruk rupa. Tapi aku tetap mengingat tuhanku. Apa kalian dapat menilai kadar
seseorang hanya dengan melihat? Mungkin sebagian besar iya, tapi kalian
melewatkan tujuan lain dibalik itu. Tak pantaslah kita membandingkan diri
dengan yang lain, karena apa jabatan kita di dunia ini?
Cerita dari awal berangkat dari tempat kerja untuk pulang
kerumah bersama teman. Meski lelah tetap dilawan untuk mendapatkan pengetahuan
keesokan harinya. Seperti biasa perjalanan yang panjang dan menguras tenaga
menjadi terbiasa untuk dilakukan ketika berangkat kuliah. Ada tujuan untuk
menambah pengetahuan disana, selain itu pasti untuk bersilarurahmi dengan
teman-teman satu kelas. Banyak cerita yang mungkin tak akan habis dan tak akan
bosan untuk diceritakan. Teman adalah penting bagiku. Selalu berusaha untuk
tidak mengecewakan mereka, berusaha untuk tidak membuat mereka bersedih. Tapi
siapa yang akan tahu sifat manusia, semakin dekat bisa saja semakin berpotensi
menjadi musuh. Itulah aku tidak suka sifat manusia, kenapa kita harus membenci
jika kita bisa saling mengisi. Tapi apa pantasku berkata seperti ini? Aku
sendiri mudah membenci sesuatu, mudah berpikir negatif dan depresi. Terkadang
aku akan sangat terharu pada teman-temanku yang menerima diriku yang penuh dosa
ini. Tapi sampai kapan mereka mau menerima diriku yang seperti ini? Pasti
melakukan perubahan itu dibutuhkan. Aku hanya tidak menyukai sesuatu yang
sentimen. Aku masih sangat membenci orang yang mengingkari janji, jika sekali
dua kali dia mengingkari janjinya maka aku tak akan mau mendengar janjinya
lagi. Tapi aku akan tetap mendengarkan siapapun berbicara dan mencoba
menghargainya tanpa perselisihan. Aku paling membenci orang yang ketika didepan
orang dia berwajah manis. Aku menyebut mereka penjilat. Karena untuk
kepentingannya saja dia bermuka manis. Aku paling benci orang yang
mempermalukanku.
Sudahlah, banyak hal yang tidak aku sukai. Terlepas dari
itu, aku sebenarnya ingin menjadi orang yang lebih baik lagi.
Pulang dari kuliah pastinya sangat lelah karena perjalanan
yang sangat jauh, karena janji dibatalkan akhirnya tidak ada rencana untuk
kemana-mana ketika di malang. Entah kenapa hari itu aku sampai di pantai juga.
Meskipun teman-temanku yang terkoneksi sosial media setiap saat mengatakan jika
gempa ketika aku hendak berangkat mengakibatkan tanah retak dan akan tsunami,
aku hanya tersenyum di dalam hati. Sungguh, mereka masih mudah di cuci otaknya
hanya dengan info sosial media yang tidak bertanggung jawab. Tsunami akan
terjadi karena gerakan lempeng tektonik yang tiba-tiba muncul ataupun
sebaliknya. Sesaat sebelum tsunami air laut akan surut lalu muncul gelombang
yang tinggi. Ketika mendengar kegelisahan temanku aku hanya berpikir jika itu
lucu. Apa kau yakin itu gerakan lempeng tektonik atau hanya gempa dari gunung
berapi? Lucu sekali jika ada yang bilang tsunami akan terjadi beberapa hari
setelah gempa. Di Indonesia sendiri tsunami jarang ditemui. Tsunami aceh waktu
itu pun pusat gempanya jauh dan hampir tidak terasa. Hari itu aku kepantai dan
memang ombaknya besar. Tapi aku tidak melihat adanya tanda-tanda tsunami. Haha.
Selepas dari pantai langsung berniat pulang. Namun sialnya
nasib si biru mogok karena beberapa hari tidak dinyalakan. Setelah lama
menunggu akhirnya dia mau menyala dan aku sudah kemalaman sampai dirumah.
Karena penglihatanku terbatas ketika matahari sudah tidak ada, aku sangat
tersiksa ketika berbelok ditikungan. Setelah lama menunggu ada mobil dan truk
yang melintas dan akhirnya aku mengekor mereka. Sampai dirumah pukul 9 malam. Padahal
esoknya aku ingin sekali datang disebuah acara bersama temanku. Masih begitu
pagi dan aku bergegas mengendarai motor menuju rumah temanku. Lama menunggu
akhirnya pintu rumahnya dibuka. Singkat cerita, hari itu sangat lelah sekali.
Musik keras, gerah, banyak manusia dan akhirnya lewat dari tengah hari aku
merasa sangat pusing. Mungkin karena kurang tidur, kelelahan, kelaparan dan
karena kacamata yang ku kenakan sudah mulai tidak nyaman. Sudah sangat mual dan
lemas, akhirnya beristirahat diluar ruangan dan sempat membeli isi perut meski
hanya beberapa suap.
Keesokan harinya ketika bangun tidur, tulang-tulangku terasa
ngilu dan ulu hati ku nyeri. Meski sudah aku makan dan meminum obat, tapi masih
sakit dan aku tahan untuk berkendara selam satu setengah jam ke tempat kerja.
Selama bekerja, ketika berdiri selalu terasa sakit. Dan jika aku tehan untuk
berdiri lama, rasa sakitnya semakin menjadi. Untuk beberapa hari selama di
yayasan aku merasa tersiksa karena ulu hati yang sedang protes itu.
Seolah membalas dendam karena satu minggu belum beristirahat,
akhirnya aku tidur dalam waktu yang lama. Aku malah terkena tidur berlebih dan
badanku sangat lelah. Dan setelah itu tiba-tiba aku ditugaskan pemilik yayasan
untuk membantunya membuat laporan. Kebiasaan buruknya mengulur waktu dan
akhirnya aku tertidur. Pukul 11 malam aku terbangun karena dia sudah pualng dan
kami mulai mengerjakan laporan. Aku masih awam sehingga banyak dibimbing dan
dinasehati. Hari itu sehari penuh aku tidak tidur. Sampai paginya pukul 3 aku
selesai menyalin dan mengisi dokumen. Tapi masih banyak memerlukan perbaikan
dan pemimpin pasti mengomel jika hasilnya tidak sempurna. Karena dia harus kesurabaya, hari itu setelah
semua laporan terkumpul aku di briefing tentang kunjungan dari orang propinsi
yang akan meninjau panti. Karena aku sama sekalu belum tidur, akhirnya hari itu
aku memutuskan untuk tidak masuk dipagi hari dan menyelesaikan laporan karena
pemimpinnya sudah berangkat. Disela-sela nya aku mencoba tertidur dan mungkin
hanya beberapa menit. Sorenya setelah lama menunggu orang propinsi datang.
Dengan gelagapan aku yang tidak tahu apa-apa mempersilakan mereka duduk. Dengan
bingung aku diinterogasi oleh mereka. Karena pengurus yang lain sedang tidak
ditempat, akhirnya aku yang pasang badan. Mungkin karena melihat wajahku yang ketakutan,
orang dari propinsi itu menakutiku jika aku keliru aku akan ditangkap polisi..
haha
Di akhir ketika semua sudah aku tanda tangani, bendahara
datang dan sedikit berbeda memberikan penjelasan. Otomatis aku ditanyai lagi
tentang pernyataanku tadi. Dan aku jelaskan kembali lalu setelah mengerti aku
ditanya tentang kuliah. Ternyata bapak dari propinsi itu adalah teman waktu
kuliah salah satu dosenku yang mengajar tentang autis, salah satu dosen
favoritku. Setelah mengucapkan perpisahan, aku mendapat sms yang mengatakan
jika muridku tidak ada yang pegang sore itu. Begitu aku datang, anak itu sudah
merengek dan mondar mandir. Begitu aku memasuki ruangan kantor, ibu si anak
bertanya pada salah satu guru “siapa yang mengajar anakku?” “dia bu” ibu itu
berbalik dan terkejut melihatku ada dibelakangnya. Dia tersenyum lalu menyeret
anaknya untuk pergi dari sana. Apa salah ku? Aku baru datang sudah kena wajah
marahnya. Aku bisa melihat ekspresi marahnya dan matanya berkata “muak”. Disana
aku meminta maaf karena memang ada monitoring dari propinsi, seolah tak
mendengar dia pergi beitu saja. Guru yang lain tiba-tiba sudah tak ada di
dekatku. Begitu aku hampiri dikelas dan aku tanya kenapa anak itu menangis,
semua menjawab tidak tau dan seolah dalam kata ‘tidak tau’ itu mereka tujukan
padaku. Seolah mereka berkata “ituloh muridmu, ya urus sendiri”. Aku hanya
diam. Dan akhirnya pergi dari sana dan kembali ke panti. Ya Allah, satu adalah
amanat dan yang satu kewajiban. Padahal aku tidak meminta imbalan dari gaji
kalian setiap aku memegang murid kalian ketika kalian terlambat datang. Aku
akan memberikan gajiku pada kalian jika kalian meminta imbalan dari muridku
yang kalian pegang. Tapi kenapa hanya untuk satu anak didikku saja tidak kalian
hiraukan? Aku tahu kalian sibuk, tapi pasti ada ruang untuk menambah anak
didikku itu kedalam kelas kalian, toh dia tidak akan berbuat onar di dalam
kelas. Kalimat “siapa yang mengajar” dan “tidak tau” membuatku ingin menangis. Aaah...
inilah warna dari hidup. Setiap kata dan tindakan dari kalian yang masuk melalu
reseptor dari panca indra akan membuatku menilai seperti apa kalian. Memang aku
dibilang sensitif, tapi intuisiku tidak sembarangan dan pada akhirnya membentuk
sebuah kesimpulan. Maaf jika dari kalian aku anggap buruk, itu penilaian dari
diriku. Bukan berarti kalian buruk dimata tuhan. Mungkin aku dapat negitu
kasarnya menyinggung karena sudah tidak tertahan, atau mungkin karena sedang
berpikiran negatif sehingga semua yang negatif berkesinambungan dalam
pikiranku. Mungkin adakalanya tidak beralasan, adakalanya itu beralasan. Hanya
saja aku tak dapat mencegah otak ku untuk tidak berpikir negatif. Pasti aku
akan langsung berpikir tentang semua hal buruk yang akan terjadi. ketika
mengetik ini, hujannya deras sekali. Atap dari alumunium membuat suara hujannya
semakin mengerikan. Telingaku sakit
mendengar suara keras. Tapi harus ditahan.. hanya saja jangan banjir, dan
hujannya cepat turun.. atau suhunya akan semakin menurun dan aku akan menggigil
kedinginan.. masih tidak tahan dingin.
Setelah keesokan harinya, barulah koar koar yang namanya
simpastisan. Bilang aku kepikiran ini kepikiran itu, toh kamu loh gak terlibat.
Yang paling berdampak itu aku dan sebelum aku. Diperparah dengan aktingnya. Kenapa
lagi-lagi bertemu orang seperti ini.. dia juga berisik.